SOPPENG, SUARAREALITA.COM-Kondisi petani saat ini sangat memprihatikan karena selain hasil padi mereka tidak maksimal akibat kemarau sehingga Tidak ada air yang mengaliri sawah mereka olehnya tidak sedikit petani yang tidak mempunyai modal ia harus gigit jari karena tanaman padi mereka mengalami puso
Dan petani yang sedikit punya modal masih bisa bernafas lega karena mereka bisa mengusahakan pompanisasi meskipun harus merogoh kocek Nya dalam dalam pasalnya ia harus mengeluarkan biaya bahan bakar dan biaya selang jadi besar kecilnya biaya tergantung jarak Dari sumber mata'air makin jauh dari sumber mata'air makin besar biaya yang yang dikeluarkan tapi Petani dalam satu Ha rata rata-rata mereka keluarkan minimal 3 jutaan sampai mereka panen itu diluar dari biaya operasional dan pupuk
Namun saat ini mengalami dilema karena ulah para pedagang yang pada umumnya saat melakukan penimbangan menurut salah'seorang petani di Kecamatan Liliriaja bernama Marsuki dan dibenarkan oleh petani petani yang lain bahwa saat pedagang melakukan penimbangan gabah angka timbangan mereka tidak dalam posisi Nol tapi mereka sudah geser pada posisi angka 150 sehingga setiap dalam karung,Nya Sudah dipotong 5 kg perkarung atau kalau dinilai dengan uang yakni Rp 23 ribu perkarung maka coba dibayangkan dalam 100 karung petani harus kehilangan pendapatan 2,3 juta maka benarlah pepatah untuk mereka Sudah jatuh tertimpa tangga lagu
Olehnya ia berharap ada instansi terkait yang bisa menengani hal ini,agar timbangan para pedagang bisa ditertibkan dengan memulai angka Nol nanti setelah itu baru dipotong berdasarkan kadar air dan kotorannya, karena lanjut menurut Marsuki kadang petani Tampa disadari dua kali mengalami pemotongan karena biasa pedang meminta potong lagi 2 kg padahal sebelumnya Sudah terpotong 5 kg,(Tim)